Selasa, 11 Oktober 2011

Bye Dewa 19


Dewa 19 membubarkan diri.

Entah kenapa, saya tidak terkejut membaca berita ini. Sudah bertahun-tahun rasanya saya tidak bisa menikmati lagu dewa. Kata orang, “mereka kan harus mengikuti zaman, tidak bisa stuck pada penggemar lamanya,”. Realistis alasan itu. Hanya saja saya memang rasanya tidak menemukan ‘click’ lagi saat mendengar lagu-lagu Dewa.

Tapi Dewa mempunyai warna tersendiri dalam kehidupan saya. Saya tumbuh dengan mendengar lagu Dewa. Saya mencoba memahami hidup ditemani lagu Dewa. Berlebihan memang, tapi memang itulah.

Melalui Dewa saya kenal Khalil Gibran, karena Dewa saya semakin cinta dengan Queen, berkat Dewa saya tahu obat-obatan ngak keren banget, gara-gara Dewa saya sempat tergila-gila dengan cowok gondrong dengan sedikit janggut.

Dewa sangat saya idolakan, tapi dulu.  
Saya hafal lagu Dewa, tapi yang lama.
Saya punya poster personel Dewa, tapi sudah entah kemana.
Kaset Dewa sudah ngayun suaranya, karena memang sudah lama.

Jika diibaratkan buku, Dewa sudah saya masukan ke dalam laci meja. Di dalam laci itu, ada sobekan karcis nonton pertama saya, ada foto narsis teman-teman SMP dan SMA, ada surat cinta yang tak terkirim, ada obat jerawat, ada surat penerimaan masuk perguruan tinggi. Biarkan buku beserta isinya terkunci di laci. Mungkin besok atau lusa, saya akan membuka dan membacanya kembali. Hanya sekedar mengingat cerita masa lalu yang tidak mungkin terulang.

Memang itu semua cerita masa lalu. Jadi kalau kemudian, Ahmad Dhani menyatakan Dewa akan menjadi band nostalgia, ya memang seperti itu kondisinya. Dewa adalah band yang besar pada zamannya. Sama seperti SLANK. Saya tidak lagi mendapatkan ‘click’ saat mendengarkan lagu-lagu Slank. Tapi mendoakan mereka ikut membubarkan diri juga tidak baik.

Dan balik lagi ke Dewa, terima kasih sudah menemani sebagian dari perjalanan hidup saya.

Lagu Dewa yang paling saya suka