Jumat, 06 April 2012

SAD MOVIE YANG BENAR-BENAR SEDIH


Saya menonton film ini secara tidak sengaja. Kesalahan dalam menekan tombol di remote TV membawa saya ke stasiun TV yang menayangkan film ini.

Sepintas saya menduganya seperti film Korea lainnya. Pemeran yang rupawan dan cerita yang didramatisir, musik yang mendayu. Ada beberapa bagian yang benar tapi ada juga yang salah.

Sad movie adalah film produksi tahun 2005. Film ini omnimbus tentang cinta dan berakhir dengan sedih, sesuai dengan judulnya. Tidak ada segmen khusus tentang masing-masing karakter. Semua cerita saling bersingungan. Tapi garis besarnya ada 4 cerita dalam film ini.

Cerita pertama mengenai kisah cinta seorang pemadam kebakaran dengan pembawa acara cuaca di TV. Penungguan Su Jeong dilamar kekasih, sekaligus kekhawatiran atas resiko pekerjaan sebagai pemadam kebakaran menjadi inti cerita.

Cerita kedua tentang adik Su Jeong yang bernama Su-Eun. Su Eun tunarungu dan tuna wiacara. Untuk berkomonikasi dia menggunakan bahasa isyarat. Sehari-harinya Su Eun bekerja sebagai custome character di taman bermain. Di taman inilah, dia bertemu dengan pelukis yang penasaran dengan wajah asli Su Eun.

Cerita ketiga tentang  hubungan antara ibu dan anak. Layaknya karakter ibu di pekotaan, Eom Ju Yong sibuk dengan pekerjaannya, sehingga kerap mengabaikan anaknya. Tapi hubungan yang buruk antara keduanya membaik, seiring dengan sakit yang mendera sang ibu.

Cerita terakhir tentang pasangan kekasih yang hamper putus. Sang gadis ingin berpisah dari pacarnya yang pengangguran. Setelah bergonta-ganti pekerjaan, si pria akhirnya menemukan pekerjaan membantu pasangan berpisah.

Saya paling terkesan dengan cerita kedua dan ketiga. Pada cerita kedua, saya membayangkan dengan karakter kostum putri salju, justru ingin menentang mitos kecantikan. Betapa saya bersimpati dengan Su Eun yang tidak hanya tuna rungu tapi juga memiliki cacat kulit di wajah. Ketika dia memakai kostum kartun, Su Eun menjadi sangat ceria dan centil. Tapi ketika topeng dibuka, Su Eun kembali menjadi gadis yang ragu. Ragu bahwa seniman yang ditaksirnya dapat menerima kekurangan fisiknya.

Oh ya, saya juga suka dengan karakter kurcaci di bagian ini. Bukankah Putri Salju memiliki 7 kurcaci yang menjaganya. Ada satu bagian yang saya ingat dari cerita ini, ketika kurcaci menyemangati Su Eun untuk berani jujur dengan kondisinya. Seorang kurcari berkata, “Ratu jahat mati secara menyedihkan karena ditipu oleh cerminnya. Untuk melihat ketulusan, kamu tidak butuh cermin. Yang kamu perlukan juga hati yang sama tulusnya”.

Klise memang. Tapi inti dari cerita ini memang mengambarkan definisi kecantikan tidak hanya fisik. Seseorang yang memiliki kekurangan juga tetap cantik. Tuhan tidak pernah menciptakan barang yang rusak.

Tentang cerita ketiga, bagaimana ya? Saya paling mudah terharu dengan cerita antara orang tua dan anak. Cinta yang tulus hanyalah dari orang tua. Dan karena saat ini telah menyandang status orang tua, saya tanamkan benar masalah ini.  Sepulang kerja saya menghindari betul yang namanya ponsel dan laptop. Meski harus begadang, saya berusaha menyempatkan diri bermain dengan anak. Dan akhir pekan adalah waktu yang tidak bisa digugat. Akhir pekan adalah waktu untuk keluarga.

Ada dua adegan yang saya ingat betul dari bagian ini,. Adegan pertama, ketika sang anak menarik rambut temannya karena mengatakan penderita kanker pasti meninggal. Anak mana yang tidak marah saat mendengar bahwa ibunya akan meninggal.

Adegan kedua saat ibu kolaps di rumah sakit. Hee Chan meminta ayahnya tidak menangis karena ibunya pasti mendengar. Kemudia seting berubah ke luar rumah sakit. Hee Chan menangis dibawah hujan, sambil berjanji tidak akan nakal jika ibunya sembuh. Aduh, perempuan mana yang tidak sedih melihat anak kecil menangis.

Menurut saya film ini bagus. Ada beberapa bagian yang didramatisir, tapi tetap menarik.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar