Rabu, 15 Februari 2012

Mati Karena Kemiskinan

Jumat, 10 februari 2012, sekitar jam 10 pagi, ponsel saya berdering. Nomor penelpon tidak dikenal. 
"Halo, apa ini mbak Sekar?" tanya si penelpon. 
"Ya benar, maaf ini siapa ya?". 
"Saya dari Jaringan Rakyat Miskin Kota. Mbak Sekar, tahu nggak kalau ada ibu-ibu yang bunuh diri karena miskin?".
"Innalillahi, saya tidak tahu" seru saya spontan. Kemudian cerita pun mengalir dari si penelpon, yang belakangan saya tahu bernama Chairiel.

Hayati, namanya. Dalam Islam, nama itu berarti hidup. Namun, kini ibu dua anak itu sudah mati. Selembar kain menjadi perantaranya.

Dari cerita diketahui penyebab perempuan itu nekad adalah kemiskinan. Suaminya bekerja serabutan. Terkadang dapat uang, tapi sering juga pulang dengan tangan kosong. Anaknya dua, sulung berumur 6 tahun, sementara si bungsu baru 4 tahun. Ironisnya, si bungsulah yang menemukan ibunya sudah menjadi mayat. Tergantung di dalam kamar.

Sontak kematian perempuan malang ini menghebohkan lingkungan sekitar. Perangkat pemerintah kaget. Tetangga tidak percaya. Halooooooo, kemana saja kalian selama ini?

Hayati hanyalah contoh kecil dari orang miskin yang putus asa. Mereka yang dipandang sebagai angka dalam sebuah seminar kesejahteraan di hotel berbintang. Mereka yang baru diingat setiap 5 tahun sekali. Mereka yang digelembungkan dalam setiap pendataan bantuan. Tapi mereka juga dilupakan saat dana cair.

Untuk Hayati dan keluarganya, uang 20 ribu sangat berarti. Tapi bagi mereka yang di gedung itu, 20 ribu hanyalah panganan ringan yang kini dikeluhkan.

Negeri ini memang luar biasa. Negeri dengan garis laut terpanjang, sekaligus pengimpor garam. Petani merugi saat panen. Pupuk menghilang saat dibutuhkan. Anak-anak dipandang sebagai komoditas, sehingga wajar dieksploitasi.

Negeri ini memang luar biasa. Anggota dewan yang katanya terhormat, ternyata banyak yang terjerat korupsi. Belum lagi dengan mereka yang ketahuan berselingkuh hingga menelantarkan keluarga. Pejabat saling serang, saling menjatuhkan.

Hanya di sini, pencuri sandal diadili dengan barang bukti yang salah. Sementara terpidana korupsi terus menerima remisi dari vonis yang memang ringan.

Cuma di sini, ada mahasiswa yang nekad bakar diri sebagai bentuk protes, namun dianggap stres. Ah, tak habis-habis rasanya jika harus menulis semuanya.

Saya tahu bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang setiap agama. Dosa besar. Tapi bagaimana dengan mereka yang melanggengkan pemiskinan? Mereka yang menyengsarakan saudaranya sendiri dengan korupsi.

Ya Allah, haramkan surgaMu kepada mereka yang zalim, mengambil yang bukan hak mereka. Juga kepada mereka yang sudah tidak peduli dengan sekitar.